Ketika seorang ustadz sedang memberikan pelajaran akhlak kepada murid-muridnya, masuklah seorang laki-laki memakai jubah putih dan menyebarkan bau wangi.
Laki-laki tersebut mengucapkan salam kepada ustadz, tetapi ustadz tersebut tidak peduli, apalagi menjawab salamnya. Ia terus menyampaikan pelajarannya tanpa melirik sedikitpun kepada tamu yang baru tiba itu.
Laki-laki tersebut lantas mengerjakan shalat yang sesuai dengan syariat yang berlaku pada waktu itu. Setelah melaksanakan rukuk dan sujud, laki-laki mengangkat kedua tangannya dan berdoa.
Ustadz itu tetap memberikan pelajaran tanpa member kesempatan pada tamu itu untuk berkenalan, atau para muridnya mengambil perhatian kepadanya.
Semua muridnya merasa tidak enak kepada laki-laki asing tadi, dan menganggap bahwa ustadz tidak memberikan contoh yang baik.
Pria berjubah putih tersebut terdengar menangis tersedu-sedu ketika berdoa. Sesudah itu dia berdiri, lalu keluar dari Masjlista’lim sambil mengucapkan salam. Namun ustadz tetap tidak menaruh hormat sama sekali. Semua murid ustadz sangat iba melihat nasib tamu yang malang barusan.
Maka setelah ustadz mengakhiri pelajaran tentang akhlak yang baik, salah satu muridnya bertanya : “ Ustadz bukankah anda mengajarkan kepada kami untuk menghormati tamu??” Tanya murid.
“Betul” jawab ustadz
“Tapi kenapa ustadz tidak memperlihatkan akhlak yang baik terhadap tamu?”, Tanya murid lagi.
“Sebab tidak tau budi pekerti, apakah kalian tidak ingat bagaimana caranya memasuki majelis tatkala guru sedang mengajar ? mula-mula kaki kanan melangkah terlebih dahulu sebagai tanda menghormati. Kemudian ia seharusnya mengucapkan salam dan langsung duduk mendengarkan”, jawab ustadz.
“Barang kali ia belum tau tata caranya ?”, Tanya murid lagi.
“tapi jubah dan surbannya menunjukkan seolah-olah dia orang yang alim, bukan ? Apakah pantas, orang alim tidak mengetahui sopan santun memasuki tempat peribadahan dan tempat mengajar ?”, sanggah Ustadz.
“orang-orang itulah yang akan menjatuhkan agama kita, karena tidak sesuai dengan sikap dan penampilannya”, kata Ustadz.
Dengan penjelasan tersebut, akhirnya murid-murid ustadz mengerti bagaimana seharusnya menghayati agama dengan menjalankan semua ketentuannya, tidak sekedar membangga-banggakan melalui ucapan dan pernyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar